12/30/2017

SINOPSIS The Perfect Match Episode 2 PART 2

SINOPSIS The Perfect Match Episode 2 BBAGIAN 2


Penulis Sinopsis: Anysti
All images credit and content copyright: SET TV

EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS The Perfect Match Episode 2 Part 1
Tingen sekali lagi meminta maaf. Ia merasa pasti ada kesalah pahaman disana. Ia pamit dan menarik Xiao Bin bersamanya. Tingen bertanya pada Xiao Bin, siapa yang menyetujui menu itu? Xiao Bin mengaku kalo  dia tahu. Dia akan memeriksanya dulu. Tingen hanya ingin ia memberitahunya sekarang, siapa yang menyetujui itu? Xiao Bin akan memeriksanya dulu. Tingen sungguh nggak ngerti apa aja yang dilakukan manager sepertinya. 


Tianzhi datang dan mengakui bahwa itu adalah dirinya. Tianzhi mengatakan kalo itu adalah dia. Ia lupa memberitahunya. Ia melarang Tingen menyalajhkan Xiao Bin. Tuan Tang melakukan pemesanan melalui Yuqing. Yuqing memberitahunya dan setelah itu Tianzhi memintanya untuk menanganinya. Benar? Tanya Tianzhi pada Xiaobin. Xiaobin membenarkan. Ia udah mengkonfirmasi. Jack yang melakukan pemesanan. Tianzhi nanya kakaknya, ada apa? Tingen menggeleng. Karena Tianzhi udah berjanji pada mereka, jadi mari mereka lakukan aja. Jangan mengecewakan mereka. 


Tingen kembali menghadap asisten Tuan Tang. Ia memohon maaf. Tingen juga meminta tolong pada asisten Tuan Tang agar menyampaikan pada Tuan Tang bahwa restorannya menyambutnya. Tingen ingat kalo mereka harus berkeliling. Tingen nyuruh Xiaobin buat pergi. Xiaobin nyuruh Brian buat melihat pertunjukannya. Xiaobin maju. Sampai di depan Tingen, ia malah mendapat tonjokan di perut. Sambul meringis ia mempersilakan asisten tuan Tang buat kesana. 


Brian mengajak Fenqing ke dapur buat bersiap-siap. Tianzhi masih menahan tawa atas apa yang terjadi sama Xiaobin tadi. Tingen menanyakan kenapa Tianzhi secara pribdi datang kesana. Ia kan bisa menelponnya. Tianzhi hanya takut Tingen akan salah paham. Tingen menyahut kalo nggak juga. Ia hanya akan melakukan yang terbaik. Ia menawarkan Tianzhi buat tetap tinggal dan makan disana. Tianzhi menolak secara halus. Nggak papa. Ia masih ada yang harus ia kerjakan dikantor. Ia pergi dulu. Tingen tersenyum melihat adiknya pergi, tapi nggak lama setelahnya, ia malah bingung. Menu permintaan?

Tingen lagi rapat sama seluruh staf dapur. Tingen nanya nama restoran 30 tahun yang lalu pada semua orang dan memintanya nemuin siapa kepala kokinya. Brian mengaku masih belum menemukannya. Ah, Xiaobin udah dapet. Dulu sebelum dia berhasil, dia punya masakan ini. Dengan demikian dia mengabdikan diri untuk bisnis dan diperluas ke seluruh dunia yang diciptakan statusnya saat ini. Hanya saja itu nggak di sebutin hidangan apa yang ia makan. Berarti yang di temuin Xiaobin sama dengannya. Tingen mengangkat ponselnya. Emang bener, kata Xiaobin juga sambil ngasih lihat layar ponselnya. Itu omong kosong. Nggak ngebantu sama sekali. 


Fenqing mengangkat tangannya dan nanya kenapa mereka semua jadi sangat cemas? Bukannya itu cuman satu menu? Mereka kan tinggal nanya sama Tuan Tang aja. Kalo mereka nggak berani nanya, ia bisa bantu. Tingen bertanya apa Fenqing udah hilang kesadaran sebagai koki? Perayaan 30 tahun mereka adalah malam ini. Apakah ia berencana untuk ngasuh tahu pelanggannya kalo mereka nggak tahu apa yang udah dia makan sebelumnya? Dan bahwa mereka belum menyiapkan itu semua? Fenqing cuman terdiam ngedengerinnya. 


Restoran yang benar-benar bagus nggak akan membiarkan pelanggan mereka makan dalam suasana hati yang takut dan khawatir. Seseorang di belakang Tingen bilang ingin bertanya sesuatu. Tingen yang udah kadung kesal tambah kesel lagi. Siapa lagi sekarang? Ia menengok kebelakang. 


Ah Ruxi. Tingen mengambil ponselnya dan minta maaf karena pagi tadi dia nggak sengaja nutup panggilannya. Itu karena... Ruxi bilang nggak papa. Ia menebak itu ulang tahun pernikahan ke-30 Tang Da Chuan dan istrinya, Ken Li, kan? Ia udah denger semua tentang hal itu beberapa waktu lalu selagi di luar. Tingen membenarkan. Karena Ruxi udah mendengarnya, dan ia tahu mereka ketemu di sini buat... Laksa, kata Ruxi. Xiaobin nyuruh dia buat ngulangin sekali lagi. 


Ruxi menuruti perintah Xiaobin dan mengatakannya sekali lagi 'laksa'. Tingen bertanya Laksa Melayu? Salah satu masakan terkenal di Asia Tenggara. Tingen menjelaskan kalo ada varietas yang berbeda dari itu. Laksa dari Malaysia dan Singapura bisanya sebagian besar terbuat dari kari. Ruxi menyambung malam ini pengusaha kaya raya yang akan datang ke La Mure, untuk merayakan ulang tahun pernikahannya yang ke-30, makanan yang nggak bisa ia lupakan adalah Laksa. Terutama yang disiapkan untuknya oleh kepala koki pesta pernikahan itu. Sebelumnya Ruxi mewawancarai Tang Dauchan. Itulah sebabnya ia tahu selama bertahun-tahun, dia telah mencari laksa yang koki kepala buatkan untuknya pada perjamuan pernikahannya. Bagaimana bisa  itu berbeda dari yang di buat di luar? Dia juga mengatakan bahwa mungkin itu karena kepala koki dari pesta pernikahan menyadari bahwa dia alergi udang. Itulah sebabnya ia mengubah udang menjadi daging. Dan Ruxi ngasih satu lagi sepotong rahasia. Restoran dimana mereka mengadakan pesta pernikahan mereka namanya Restoran Wu. 


Fenqing bertanya-tanya. Restoran Wu? Tingen ngasih kode pada semua orang untuk mencari Restoran Wu. Tingen sangat berterima kasih untuk bantuan yang di berikan oleh Ruxi. Ia berhutang besar padanya. Ruxi tersenyum. Tingen yang mengatakan itu. Tentu saja. Ruxi mengatakan kalo dia ingin Tingen mentraktirnya makan. Tentu. Tingen mempersilakan Ruxi untuk menentukan tempat dan waktunya. Ruxi tersenyum puas. 


Brian berseru kalo dia udah menemukannya. Xiaobin menjelaskan kalo Restoran Wu adalah restoran terutama untuk perjamuan pernikahan. Mereka punya menu yang pasti. Tapi itu udah tutup. Lalu kemana mereka akan mencari menu? Tingen berpikir sejenak. Dan ia nyuruh Xiaobin buat menggunakan koneksi. Telpon. Ia menginstruksikan pada semua untuk menelpon semua koki yang mereka tahu. Cari apakah ada yang tahu kepala koki Restoran Wu sebelumnya. Selama mereka bisa menemukan kepala kokinya, mereka akan bisa menemukan menunya. Cepat! Cepat bergerak, cepat telpon. 


Kembali lagi ke Ruxi, Tingen sekali lagi berterima kasih padanya. Gimana kalo ia menemani Ruxi ke bawah? Ruxi berusaha menolak. Ia nggak papa. Tingen bisa kembali pada pekerjaannya. Ia bisa pulang sendiri. Tingen berterima kasih lagi. Ia akan menemaninya sampai di pintu. Xiaobin dan Tingen benar-benar mengantar Ruxi sampai pintu. 


Fenqing menelpon ibunya. Ia menanyakan pada ibunya, ingat nggak kalo ayah dulu kepala koki Restoran Wu. Tingen, Xiaobin dan Brian serempak langsungvmenoeh ke arah Fenqing. 


Tingen ngajak Fenqing bertanya pada ibunya. Ibu ngasih 3 daftar menu saat itu. Yang ini untuk menu yang harganya rendah, yang ini untuk hidangan dengan harga menengah dan yang ini untuk hidangan yang paling mahal. Fenqing berterima kasih pada ibunya. Ia lalu memeluk ibunya sambil mengatakan kalo ia mencintainya. 


Tingen mengambil daftar menu itu dan membacanya dengan teliti. Ibu bertanya pada Fenqing apakah dia...? Fenqing memperkenalkan, dia adalah Manajer Umum La Mure, Huo Tingen. Tingen mengulurkan tangannya dan menjabat tangan ibu Fenqing. Habis itu dia kembali dengan daftar menu. 


Ohya, Fenqing bertanya pada ibunya apakah ibu masih ingat siapa yang paling terkenal dalam masakan kari laksa di Restoran Wu? Ibu ngasuh tahu kalo itu adalah ayahnya. Tingen langsung berpaling begitu mendengarnya. Benarkah? Tanya Fenqing. Ibu bercerita sebelum ayah membuat restoran kari, dia kepala koki di Restoran Wu. Kalo nggak, kenapa keluarganya masih nyimpen ketiga menu itu? Fenqing memuji ayahnya keren banget. Ibu bener-bener punya selera. Fenqing langsung nyuruh Tingen buat ikut dia kedalam. Ibu mau manggil mereka tapi keburu keduanya udah pergi. 


Ah Wei datang. Ia seperti mendengar suara Fenqing saat ia berada di bawah. Ia bertanya apa Fenqing ada disini? Ibu ngangguk. Baguslah. Ah wei memperlihatkan tas belanjanya. Ia baru aja mendapatkan pesanan online itu. Ia mengantri begitu lama. Ia ngajak ibu dan Fenqing makan bersama. Ia akan memanggil Fenqing dulu. Ah Wei langsung ke dalam, padahal ibu mau ngasih tahu kalo di dalam ada...


Ah Wei masuk sambil manggil Fenqing. Ia tampak terkejut saat melihat ada Tingen juga disana sementara Tingen-nya santai-santai aja kayaknya. Tingen nanya apa Ah wei tinggal disini? Tetangga? Fenqing mewakili Ah Wei menjawab, ia tinggal bersama paman Rib di bawah. Fenqing dan ibunya tinggal di atas. Ah Wei bertanya apabada masalah dengan itu? Tingen menjawab nggak ada. Ia baru aja ingin tahu tentang bagaimana mereka orang pasar malam benar-benar dapat memiliki hubungan yang baik. 


Justru Ah Wei yang mendapatkan hal aneh itu. Tingen dan Fenqing baru aja ketemu beberapa hari yang lalu. Kenapa hubungan antara mereka berdua udah cukup baik bagi Tingen untuk berada di dalam kamarnya? Apa? Tantang Tingen. Apa ada masalah dengan itu? 


Tiba-tiba Fenqing teriak-teriak kalo ia udah dapat. Kedua pria itu langsung mendekat. Dapat apa? Fenqing mengatakan kalo ayahnya emang punya catatan itu. Tapi, dia hanya menggambarkan situasinya. Dia nggak menulis secara detil tentang hidangannya.  Tingen dan Ah wei sama-sama ingin melihatnya tapi Fenqing malah ngasih catatan itu ke Tingen. 


Ah Wei bilang pada Fenqing, ketika ia punya masalah sebelumnya, Fenqing akan selalu membantunya. Jika Fenqing saat ini ada masalah, beritahu padanya. Biar gimanapun, masalah Fenqing adalah masalahnya juga. Tingen mengoreksi. Gimana mungkin bisa jadi masalahnya juga? Dengan sinisnya Tingen nyuruh Ah Wei buat pergi aja menjual irisan daging ayamnya. Masalah ini adalah masalah mereka, terima kasih. Tingen sengaja berdiri diantara Ah Wei dan Fenqing. Ia ngajak Fenqing pergi sekarang. Ah wei memanggilnya. Apa yang ia lakukan? Tingen nggak peduli dan tetap berlalu. Saat melewati Ibu, ia meminta maaf karena udah mengganggu. Ah Wei ngadu ke ibu, tidakkah ibu melihat Tingen menggandeng tangannya? Apa itu nggak masalah bagi ibu? Ibu nggak bisa berkata-kata. 


Ah Wei nggak punya waktu lagi dan segera nyusul Tingen keluar. Tapi udah terlambat. Mereka udah nggak ada. Ah Wei tampak kecewa. Lebih-lebih saat melihat makanan yang ia bawa buat dimakan bareng Fenqing. Ibu yang melihat Ah Wei lagi sedih malah sengaja ngomporin. Oh, jadi itu kepala koki La Mure? Dia emang cukup tampan. Ah Wei melihat ibu. Ibu melanjutkan pujiannya. Fisiknya bagus. Ah Wei mengklaim kalo berdasarkan pada wajah dan fisik, ia juga nggak salah dari Tingen. Lagian, dia juga udah cukup tua. Diam-diam ibu tertawa di belakang Ah Wei. Ibu mengatakan kalo dia adalah kepala koki terkenal dari La Mure. Dia punya uang, latar belakang dan juga status. Habis bilang itu semua, ibu langsung masuk ke rumah. Untuk sesaat Ah wei tampak sedih mendengar semua perkataan ibu tentang Tingen barusan. 


Tingen dan Fenqing duduk di tepi sungai. Tingen membaca nama resep yang di berikan oleh ibu Fenqing. "Bunga Mekar Bulan Purnama", "Abalon kukus dengan bawang putih", "Ayam goreng". Ayam ...goreng. Tingen manggil Fenqing 'Hei'. Ia menggunakan tangannya untuk nyuruh Fenqing menjauh darinya. Kenapa? Tanya Fenqing. Menurut Tingen, ia mempengaruhi pikirannya. Fenqing protes. Ia bahkan nggak bicara. Tingen ngasih tahu kalo napas...napas Fenqing mempengaruhinya. Fenqing menghela napas. Bilang aja Tingen nggak tahu gimana melakukannya. Dia nggak bisa melakukan kreasi ulang dari menu sebelumnya, kan? 


Fenqing bangkit dan pindah tempat duduk. Ia nggak akan mengganggunya lagi. Tingen nanya emangnya apa yang Fenqing tahu? Titik utama nggak menciptakan hidangan terakhir. Titik utama adalah kita harus mampu membuat masakan yang cocok untuk memperingati ulang tahun pernikahan mereka yang ke-30. 30? Pernahkah Fenqing berpikir tentang bagaimana langka nasib kita untuk bersama-sama selama 30 tahun? Tingen yakin bahwa mereka harus mengalami banyak cobaan dan kesengsaraan. Gimanapun, Tingen pikir, bahwa manpu mempertahankan pernikahan selama 30 tahun adalah karena biasa di dalamnya. Hidup seperti biasa. Inilah saat-saat kecil dari kebahagiaan dalam kehidupan biasa. Kejutan kecil dalam kehidupan biasa. Perlahan, sedikit demi sedikit, terumpul sampai sekarang, dan bahkan ke masa depan. Tingen bertanya pada Fenqing, dimana dia menemukan takdir seperti itu? 


Fenqing tersenyum mendengarkan semua perkataan Tingen. Ah, itu benar! Seru Tingen. Tiba-tiba ia bangkit. Kejutan kecil dalam kehiduoan biasa. Betul. Ia nggak punya cara untuk menciptakan menu yang lama, tapi ia bisa menambahkan kreativitasnya sendiri untuk masakan itu. Ia menghadap Fenqing dan mengatakan kalo ia bagus dalam hal itu. Tingen menghampiri Fenqing dan menarik tangannya pakai tangan kiri. Fenqing mengingatkannya pada tangannya yang sakit dan Tingen menggantinya dengan tangan kanan. Ia menariknya menuju restoran. 


Di dapur La Mure, Tingen dan Xiaobin lagi membaca menu. Tingen mengatakan kalo Bola-bola udang goreng pelangi udah lengkap. Berikutnya, mangkok keputing seafood. Tingen berjalan menghampiri koki-kokinya yang lagi sibuk. Mangkok kepiting seafood, gunakan daging kepiting untuk kaldunya. Rasanya sangat sederhana dan murni enak diminum dan sangat bernutrisi. 


Selanjutnya nasi ketan goreng, ia nanya sama Xiaobin, apa mereka punya beras ketan? Nggak. Nggak papa, menurut Tingen mereka bisa menggunakan Risotto. Sebenarnya sederhana aja. Mereka menggunakan rasa Asia Tenggara sebagai tema utama secara keseluruhan. Pada akhirnya mereka harus membuatkan mereka kari laksa. Bum! Selesai, putusnya. 


Xiaobin terus menatap Tingen. Ia sampai berkata kalo Xiaobin terus memandangnya  seperti itu, ia akan malu. Ia bertanya apa ada yang ingin ia katakan padanya? Xiaobin membenarkan. Tang Dachuan dan Lai Gai, pasangan itu tinggal di Singapura selama bertahun-tahun terakhir. Jadi mereka berdua suka dan terbiasa dengan rasa makanan Singapura. Menurut Tingen itu mudah aja. Ia lalu menyerahkan pesanan pelanggan lain pada Brian sementara ia mengurus pesanan Tuan Tang. Ia bertanya apa Brian bisa melakukan itu? Aku.... Tingen memotong, ia hanya ingin mendengarnya mengatakan ia bisa melakukannya. Dengan gugup ia menjawab yy ya , Chef! Okey, Tingen memberikannya padanya.


Tingen menepuk tangannya dan menyemangati semua koki agar bergerak. Dan mereka semua kompak menjawab, ya, Chef. Tingen menghampiri Fenqing dan bertanya apa yang sedang ia lakukan? Memotong sayuran. Tingen menyindir apa ia sedang latihan mengiris? Fenqing mempersilakannya. Tingen mengambil pisau Fenqing dan mencontohkan. Tingen pikir Fenqing masih belum sampai itu. Ia masih belum sampai standar. Fenqing harus berusaha keras. Tingen memotongnya dan sesekali berhenti. Ia menggerakkan pergelangan tangannya. Fenqing khawatir. 


Tangannya... Tingen minta diberikan perban. Fenqing mengomel. Kalo Tingen terus seperti itu, ia bisa mengalami kelumpuhan. Walaupun seperti itu, Tingen merasa harus melakukannya. Kali ini ia nggak akan membiarkan kesalahan apapun. Ia ngasih tahu sama Fenqing, untuk restoran, apa yang paling penting adalah reputasi. Ngerti? Kalo reputasi yang akan tercemar karena mereka nggak bisa memenuhi permintaan dari pelanggan, itu adalah penghinaan terbesar untuk kepala koki. Tingen nyuruh Fenqing buat pergi dan berikan ia perban. 


Nggak lama kemudian Fenqing udah kembali dengan membawa perban dan memakaikannya di tangan Tingen. Tingen meminta pada Fenqing agar nggak khawatir. Itu akan berguna. Ia berterina kasih dan melanjutkan memotong sayur.


Fenqing mengambil buku catatan milik ayahnya dan membacanya. 'Rasa akan tinggal dalam ingatan seseorang. Ingatan juga merupakan sejenis rasa.' Fenqing ingat kalo Tang Dachuan pernah mengatakan ketika ia memulai usahanya, dia benar-benar sangat miskin. Dia bahkan nggak bisa membiarkan tamunya memiliki makanan lengkap selama perjamuan pernikahannya. Ia pikir ayahnya pada waktu itu harus benar-benar menginvestasikan diri di dalamnya. Menggunakan bahan tersisa selama pesta pernikahan, dia melakukan yang terbaik untuk membuat semangkuk laksa untuk di berikan kepada Tang Dachuan dan tamunya yang masih lapar itu. Tang Dachuan pasti udah tahu tentang niat ayahnya. Itu sebabnya dia memutuskan untuk menjadi bagaimana ayahnya dalam memasak, benar-benar berinvestasi dirinya dalam bisnisnya. Keua orang yang berbeda ini dapat memiliki kenangan indah hanya karena semangkuk laksa. 


Fenqing tersenyum mengingt itu. Kenangan?! Fenqing kembali membuka bukunya. Ia lalu menghampiri Tingen. Ia memberitahunya kalo rasa dalam laksa Tang Dachuan itu, yang menggantikan udang adalah... Tingen menyuapkan bumbu kari kemulut Fenqing dan memintanya menyebutkan nomor berapa? Sebenarnya , kari itu sangat sederhana. Itu hanyalah memasak dengan berbagai macam rasa. Tingen menjelaskannya sambil memasukkan air kedalam blender. Menurutnya, selama Fenqing mengerti kari, ia akan mampu membuat kari lobster. 


Fenqing meresapi lidahnya dan dengan percaya diri menjawab 5. Apa ia yakin? Tanya Tingen. Fenqing mengannguk. Ya, Tingen membenarkan. Laksa Nyonya Baba adalah yang sering mereka sebut Laksa Malaysia. Nyonya Baba adalah keturunan orang-orang yang tinggal di Asia Tenggara setelah ekspedisi mereka dengan Cheng Ho. Mereka menggunakan budaya Cina dan fitur unik Malaysia untuk menghasilkan budaya Nyonya Baba yang unik. Ia memanggil Brian dan ngasih tahu kalo itu udah siap. 


Tingen berjalan dengan masih menjelaskan tentang Nyonya Baba. Untuk membuat laksa Nyonya Baba otentik, Fenqing harus menggunakan pot tanah liat. Ia hanya bisa membuat rasa asli dari laksa dengan pot tanah liat. Fenqing mendekat saat Tingen sedang mencicipi sup. Rasanya terlalu asin, katanya. Koki yang memasaknya menyahut, meminta maaf. Ia kembali lagi ke Fenqing, ketika ia membuat laksa Nyonya Baba, ia menambahkan santan dan jus santan. Secara keseluruhan rasa itu sangat terkonsentrasi. Tingen berlajan dengan diikuti Fenqing di belakangnya. Fenqing mengangguk mendengarkan kuliahnya. Asam, manis dan sedikit pedas. Tapi Tingen sendiri suka menambahkan merica sedikit lebih banyak. Karena kepedasan dapat merangsang seleramu. 


Tingen memeriksa sup yang lain dan berkata pada koki kalo supnya nggak cukup. Koki menyahut, yes, Chef. Nanti setelah Fenqing selesai dengan dasar-dasar kari, ia bisa masukkan daging ikan, udang, dan beberapa sendok nasi. Terakhir, taburi dengan jeruk purut, jahe dan jus jeruk. Debgan cara itu, Laksa Nyonya Baba yang sangat otentik dapat di buat. Tentu saja udang Tuan Tang akan diganti dengan daging. Habis itu Tingen nyuruh Fenqing buat kembali ke pekerjaannya. Fenqing masih memberitahu Tingen tapi Tingen-nya udah sibuk lagi. Ia akhirnya membuka buku catatan ayahnya lagi. 


Tuan dan Nyonya Tang udah sampai di La Mure. Xiaobin menyambutnya dan mempersilakan. Ia akan menunjukkan tempatnya. Tuan Tang melarang pengawalnya untuk ikut masuk. Ini adalah saat yang sangat jarang terjadi dimana ia bisa berdua bersama istrinya. Ia nyuruh para pengawalnya untuk beristirahat. Xiaobin membimbing Tuan dan Nyinya itu menuju mejanya. Tak lupa ia juga mengucapkan selamat ulang tahun pernikahan yang ke-30. Ia akan segera menyiapkan hidangannya. 


Di dapur suasananya udah kayak pasukan yang mau bertempur. Tingen ngasih tahu semua koki kalo hari ini bukan hanya ada pasangan Tang. Di luar juga ada banyak pelanggan yang sudah memesan tempat sejak beberapa bulan yang lalu. Untuknya, mereka sangatlah penting. Jadi ia minta toling pada semua untuk menunjukkan kemampuan masing-masing dengan benar. Keluarlah dan masaklah makanan yang enak. Oke! Secara serempak mereka menjawab, Yes, Chef. Xiaobin menginstruksikan semuanya untuk bergerak cepat. 


Tingen ngasih tahu Xiaobin kalo pas ia melayani Tuan Tang malam ini, mungkin ketika ia melihat lauknya, dia akan merasa sedikit terkejut. Ia minta tolong agar Xiaobin mengatakan padanya bahwa itu kreasi masakan. Fenqing yang masih  berada dekat dengan Tingen mengatakan kalo ia ngerti. Ia mohon maaf karena harus mengganggu Chef sebentar. Ia ingin mendiskusikan dengannya tentang cara mematangkan daging untuk laksa Tuan Tang. Tingen menyela omongan Fenqing. Fenqing telah berbicara tentang daging, daging, daging sejak awal. Tingen mengatakan kalo metode penanganan daging adalah keputusannya sebagai kepala koki. Tingen nggak membutuhkannya untuk ikut campur. Terlebih lagi Tingen akan bertanya padanya. Menurutnya, apakah kari yang lebih penting atau dagingnya? Fenqing ngotot. Ia percaya bahwa setiap bahan dalam piring memiliki tujuan. Tingen mengannguk, Fenqing mengatakannya dengan benar. Tingen juga setuju dengan itu. Baiklah, ia memberi waktu satu menit pada Fenqing. Ia memintanya, ia memohon padanya, tolong ajarkan ia bagaimana memasak daging. Xiao Bin bilang aku... Tingen dengan tenang mendorongnya. Brian dan koki yang lain pada melihat kejadian itu. (Tingen tampaknya marah banget sama Fenqing. Tatapannya nyeremin.)


Tingen menatap tajam pada Fenqing. Ia apa? Fenqing bahkan udah nggak yakin, lalu bagaimana ia akan meyakinkannya? Wei Fenqing, ia dengan jelas mengatakan padanya, tolong pelajari dulu yang paling mendasar dari kari sebelum dia memberitahu Tingen bagaimana untuk memasak daging. Bisa nggak ia memintanya untuk bekerja saja di samping? Tingen kembali berbicara dengan Xiaobin. 


Fenqing mengatakan kalo ayahnya saat itu adalah kepala koki dari Restoran Wu. Ia udah makan masakan ayahnya. Dan juga sensasi rasa masakan ayahnya udah mengalir dalam darahnya. Ia nggak yakin kalo ia nggak mampu melakukannya. Ia berani mengatakan pada Tingen kalo cara memasak dagingnya itu salah. Tingen menantangnya untuk menunjukkan padanya


Di Taman Budaya Pasar Malam, Ah Wei lagi melayani pelanggannya. Para pelanggannnya itu adalah gadis-gadis yang jadi fans-nya. Sejak tadi mereka terus teriak-teriak menyebutnya pangeran ayam goreng. Tiba-tiba Fenqing menelponnya. Ia bilang oke pada Fenqing. Nggak masalah. Ia akan kesana. Setelah menutup melihat in, ia minta maaf pada pelanggannya. Ia ada masalah mendadak. Ia harus pergi sebentar. Apa mereka akan menunggu? Ya, mereka bilang mereka akan menunggunya. Ah Wei berterima kasih dan melepaskan celemeknya. Dan segera berlari menuju Fenqing. 


Fenqing udah nunggu di depan La Mure. Nggak lama kemudian Ah Wei datang dan memberikan pesanannya. Fenqing berterima kasih padanya. Ini udah larut malam tapi Ah Wei masih bisa mengantarkan daging untuknya. Ah Wei rasa nggak papa. Nggak masalah. Masalah Fenqing adalah masalahnya juga. Lagipula, selama ia bisa membantu Fenqing untuk mencapai tujuannya, ia merasa senang. Fenqing memeluk Ah Wei dan berterima kasih. Ia behutang satu pada Ah Wei. Tanpa mereka sadari, ada Tingen yang berada nggak jauh dari mereka. Oke, Fenqing akan kembali bekerja. Fenqing udah berbalik tapi Ah Wei memanggilnya lagi. Ah Wei berpesan kalo lain kali ia membutuhkan bantuan, ingatlah untuk menelponnya. Semangat! Fenqing melarang Ah Wei untuk khawatir. Apa ia terlihat Seperti orang yang mudah dikalahkan? Bye!


Fenqing akan masuk kembali. Saat ia melihat Tingen, dengan sengaja ia memamerkan dagingnya. Ah Wei menatap Tingen. Ia seolah-olah mau mencolok matanya dan mata Tingen seperti tanda ia akan mengawasi Tingen. Setelah Ah Wei pergi, Tingen melakukan apa yang dilakukan Ah Wei barusan. Ah, kekanakan.

Bersambung...

Komentar:
Seperti biasanya, second lead male emang selalu bisa diandalkan, tapi sayangnya nasib mereka nggak sejalan dengan kebaikan yang mereka miliki. Nasib, oh nasib
Jadi kasihan lihat Ah Wei dan Ruxi, cinta yang bertepuk sebelah tangan. 

2 komentar

  1. Lanjut mba... Suka suka suka :) :) :)

    BalasHapus
  2. Kak requestdrama china yang 'day dragon,your'e dead ' donk

    BalasHapus


EmoticonEmoticon