10/11/2018

SINOPSIS The Perfect Match Episode 8 PART 2

SINOPSIS The Perfect Match Episode 8 BAGIAN 2


Penulis Sinopsis: Anysti18
All images credit and content copyright: SET TV
Supported by: sinopsis-tamura.blogspot.com

EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS The Perfect Match Episode 8 Part 1
EPISODE SELANJUTNYA || SINOPSIS The Perfect Match Episode 8 Part 3

Fenqing bilang enggak lalu berniat melarikan diri. Ah Wei kembali menariknya dan menahannya. Ia meminta Fenqing untuk menjelaskan padanya kemana Fenqing semalam? 


Fenqing kesal dan menghempaskan tangan Ah Wei. Ia bertanya kenapa Ah Wei terus menanyainya? Ia mengingatkan kalo dia sudah 26 tahun dan bisa melindungi diri sendiri. Ah Wei mengaku nggak peduli. Biarpun Fenqing sudah 26 tahun tapi terap dia seorang wanita. Ia mengingatkan kalo lain kali Fenqing nggak boleh tidur di luar. Nggak peduli seberapa malam dan jauhnya itu Fenqing bisa menelponnya dan dia akan menjemput. Ah Wei menunjuk Fenqing dan melarangnya main-main. 


Tiba-tiba Ah Wei punya ide. Ia mengatupkan kedua tangannya dan berdoa membuat permohonan ulang tahunnya yang kedua. Ia berharap Fenqing, wanita lajang itu nggak bermalam di luar lagi. 


Fenqing memanfaatkan Ah Wei yang sedang memejamkan mata untuk masuk ke rumah. Ah Wei sudah selesai berdoa dan melihat Fenqing sudah masuk. Fenqing melambaikan tangannya dan menutup pintunya. 


Ah Wei memanggil Fenqing dan memintanya untuk memberinya penjelasan kenapa Fenqing nggak pulang semalam? Ah Wei mau masuk tapi nggak menemukan kunci di dalam sakunya jadinya dia nggak bisa masuk. 


Fenqing masuk ke rumah dan langsung duduk. Ia merasa kalo Ah Wei menakutkan untungnya larinya kencang. Kalo enggak dia nggak akan bisa menjawab pertanyaan Ah Wei yang selalu menanyainya seperti itu. Fenqing lalu teringat perkataan Ah Wei, ia hanya bekerja di La Mure selama beberapa hari tapi sudah nggak pulang ke rumah selama 3 hari. Apa semalam Fenqing bersama Huo Tingen? 


Fenqing membenarkan. Kenapa dia harus bermalam di gunung bersama dengan Huo Tingen semalam? Ah, Fenqing juga nggak tahu. Ia mau melepas sepatunya tapi saat ia melihat kakinya ia kembali teringat pada Tingen. Ia lalu tersenyum. 

Flashback...


Tingen tersenyum menatap Fenqing. Ia mengaku mengerti. Fenqinglah yang sebenarnya menyukainya. 


Tingen bangkit dan menggampiri Fenqing. Ia menarik kaki Fenqing dan memintanya untuk melihat ke atas. 


Saat di dalam tenda Fenqing  memberitahu kalo sebenarnya semua hanya salah paham. Tingen tiba-tiba bertanya gimana kalo bukan? Fenqing terkejut mendengarnya. 

Flashback end...


Fenqing tersenyum teringat kenangannya bersama dengan Tingen. 


Tingen juga baru sampai rumah. Ia melihat sepatu Fenqing dan merapikannya. Ia lalu teringat kata-kata Fenqing kalo besok adalah hari terakhir dari 7 hari pelatihan. Mendadak Tingen jadi sedih. 


Tingen bersama dengan Ruxi berada di sebuah kafe untuk sarapan bersama. Ruxi terus menatap Tingen yang asik makan tanpa memperdulikannya. Ruxi menyindir  kalo Tingen bilang padanya untuk datang hanya untuk sarapan atau ada sesuatu yang ingin ia katakan? 


Tingen terkejut mendengarnya. Ia bahkan nggak bisa bilang apa-apa dan memilih untuk minum. Ia membenarkan kalo ada sesuatu yang ingin ia katakan pada Ruxi. Ruxi tersenyum dan mempersilakan. Tingen menatap Ruxi dan mengaku tahu kalo orang tua mereka punya harapan yang tinggi pada mereka. 


Ruxi mengangguk membenarkan. Tingen melanjutkan kalo ia pikir sejak mereka ketemu sampai sekarang, apa ada kesalahpahaman di antara mereka? Ruxi meletakkan sendok dan garpunya dengan agak keras seolah sedang marah. Ia mengaku tahu kalo sebenarnya Tingen nggak pernah menyukainya. 


Tingen menyangkal. Ia merasa kalo Ruxi sangat baik. Dia nggak... . Ruxi melanjutkan kalo Tingen juga nggak pernah ingin mengejarnya. Tingen membenarkan. Ruxi mengatakan kalo ia yang akan mengejar Tingen. Ha? Tingen terkejut mendengarnya. Ruxi meminta Tingen untuk nggak terburu-buru menjawab. Ia menyarankan agar mereka mengahabiskan sarapan mereka dulu dan Tingen bisa memikirkannya pelan-pelan sebelum memberinya jawaban. 


Tingen mengulangi. Pelan-pelan? Ia bertanya apa artinya ia masih harus memberi jawaban pada Ruxi nanti? Ruxi mengalihkan dengan mengatakan kalo tomat Tingen tampak enak. Tingen mengiyakan dan menawarkannya pada Ruxi. Ruxi lalu menawarkan kiwinya pada Tingen. Tingen merasa nggak nyaman saat Ruxi mau menyuapinya. Ia mengambil garpunya dan mengambil kiwi itu dari garpu Ruxi. Tingen tiba-tiba tertawa mengatakan kalo Ruxi sangat keren. Apa dia sudah seperti itu sejak kecil? Maksudnya Ruxi tahu dengan jelas apa yang diinginkannya? Ruxi mengiyakan. 


Tianzhi akan menjemput kedatangan ibunya. Ruxi tiba-tiba menelponnya. Ia mengangkatnya dan bertanya ada apa? Ruxi mengingatkan kalo saat ia melakukan wawancara majalah, orang yang mengirimkan bunga dan menulis kartu adalah Tianzhi. Benar? Seketika Tianzhi berhenti melangkah. Ia pura-pura nggak ngerti. Apa maksudnya? Ruxi mengaku telah memikirkannya. Menurutnya Huo Tingen nggak pernah bersikap proaktif. Tingen bahkan nggak bersedia menjadikannya pasangan saat di acara dansa. Ia merasa kalo bunga itu nggak mungkin dari Tingen. Apalagi kartunya, sudah pasti bukan Tingen yang nulis. 


Tianzhi meminta maaf dan mengaku nggak bermaksud membohonginya. Ia hanya ingin memberikan dorongan pada hubungan mereka. Ruxi berterima kasih dan nggak bisa bilang apa-apa lagi. Ia menyatakan akan mengejar prianya sendiri. Tianzhi tersenyum dan mengatakan kalo Ruxi benar-benar Ruxi. Ia menawarkan akan mengajak Ruxi makan enak sebagai permintaan maaf darinya. Ia akan membayar anggur merah. Ruxi tersenyum dan menanyakan apakah Tianzhi benar-benar sangat menginginkannya menjadi teman makan dan minum bersama? Tianzhi mengaku baru pertama kali mendengarnya. 


Tiba-tiba Yuqing datang menghampiri Tianzhi. Tianzhi buru-buru menutup telponnya. Yuqing memberitahu kalo ibu sudah tiba. Ia mengingatkan Tianzhi kalo pertemuan direksi sangat penting dan mengajak Tianzhi untuk segera pergi. 


Ruxi menatap cangkir minum Tingen dan mengambilnya. Ia mengajaknya bicara seolah dia adalah Huo Tingen. Apapun yang ia inginkan, harus ia dapatkan. 


Ibu membersihkan rumah menggunakan penyedot debu. Fenqing menghampirinya dan pamit mau pergi. Ibu memanggilnya dan bertanya apa Fenqing akan pergi ke La Mure? Fenqing mengiyakan. Ia  akan bekerja. Ibu menasehati agar Fenqing belajar banyak dari Huo Tingen. Ibu meraih tangan Fenqing dan mengingatkan agar Fenqing jangan bekerja melampaui batas dan jangan terlalu lelah. 


Fenqing mengiyakan. Ia memberitahu kalo belakangan ia sangat sibuk sampai nggak punya waktu untuk membantu ibu bersih-bersih dan melakukan pekerjaan rumah. Fenqing menatap ibunya dan meminta maaf. 


Ibu lalu mengambil penyedot debunya yang dibelikan oleh Fenqing setelah menabung lama. Ibu memberitahu kalo itu sangat berguna dan sangat nyaman. Fenqing menghampiri ibu dan merangkulnya. Ia mengaku tahu kalo ibunya mudah alergi jadi ia nembelikannya untuk digunakan. Ibu lalu bertanya gimana pekerjaan Fenqing dengan Huo Tingen? 


Fenqing memberitahu kalo belakangan dia terus diperintah oleh orang. Ibu kesal. Siapa yang berani memerintah anaknya? Fenqing memberitahu kalo Huo Tingenlah yang melakukannya. Ibu bertanya maksudnya kepala koki? Fenqing mengiyakan. Ia memberitahu kalo semalam... . Fenqing merasa nggak bisa melanjutkannya. Ia lalu bertanya apa ibu terlalu santai mengenai dirinya? Apa ibu nggak tahu kalo semalam dia nggak pulang? Ibu mengingatkan kalo Fenqing punya perjanjian 7 hari dengan Huo Tingen jadi Fenqing melatih kemampuan memasaknya bersama Tingen di restoran? Ibu memberitahu kalo teman baiknya Ah wei sudah memberitahunya. Fenqing terkejut mendengarnya. Ah Wei? 


Fenqing keluar dan tahu-tahu sudah ada Tingen di depan rumahnya. Tingen menyapanya dan menghampirinya. 


Fenqing bertanya kenapa Tingen datang? Tingen mengaku ingin menjemput Fenqing karena motornya masih di gunung. Fenqing mengangguk mengiyakan. Tingen menyuruhnya untuk masuk mobil. Dalam hati Fenqing mengiyakan. Tingen menyindir, Fenqing sudah bilang iya tapi masih berdiri saja. Fenqing menatapnya heran, kan dia ngomongnya dalam hati? 


Tingen berjalan lebih dulu dan Fenqing mengikuti. Tingen bahkan membukakan pintu untuknya. Fenqing berterima kasih lalu masuk. Tingen masuk dan mengingatkan Fenqing untuk memakai sabuk pengamannya. Fenqing menurut dan membatin kalo Tingen aneh. Tingen seolah mendengarnya dan bertanya apa yang aneh? Fenqing terkejut Tingen bisa tahu apa yang ada dalam hatinya. Apa dia mengatakannya? Tingen malah bertanya apa Fenqing nggak bilang apa-apa? Enggak! 


Tingen lalu menjalankan mobilnya. Sepanjang perjalanan Fenqing selalu mencuri pandang ke Tingen. Tapi saat Tingen menatapnya, ia buru-buru memalingkan wajahnya. 


Nggak lama kemudian mereka sampai. Hujan turun. Fenqing buru-buru keluar dan berlari. Ia berterima kasih karena Tingen sudah mengantarnya. Tingen tiba-tiba datang dan memayungi Fenqing dengan jasnya. Fenqing sampai melongo melihatnya. 


Tingen membawanya sampai depan La Mure. Fenqing melihat Tingen basah dan jadi khawatir. Kenapa Tingen turun dari mobil? Kan jadi basah. Tingen menatap Fenqing. Dia bahkan nggak memakai payung dan dia sendiri juga lupa bawa payung. Fenqing merasa kalo Tingen nggak perlu mengantarnya. Kenapa repot-repot mengantarnya? Tingen menatap Fenqing dan mulai kesal. Fenqing mau tanya berapa kali? Kalo dia ingin mengantar Fenqing maka ia akan mengantar. Apa nggak boleh? 


Fenqing memalingkan wajahnya dan ngedumel kalo Tingen aneh. Kenapa mengantarnya segala? Tingen memberitahu kalo dia akan terlambat ke restoran hari ini. Ada urusan. Fenqing hanya bilang oh. Tingen tiba-tiba mengulurkan tangannya dan mengelap wajah Fenqing pakai saputangannya. Ia lalu memberikan saputangan itu pada Fenqing dan menyuruhnya masuk untuk mengeringkan diri. Habis itu Tingen pergi. 


Fenqing tersenyum. Sedetik kemudian dia sadar. Apa yang sudah dia lakukan? Harusnya dia mendengarkan Ah Wei untuk menjauhi Huo Tingen. 


Yuqing menyambut ibu Tianzhi bersama beberapa tamunya. Mereka berjalan bersama menuju ruang rapat. 


Ibu Tingen menyapa ibu Tianzhi. Ibu Tianzhi hanya mengangguk lalu duduk. Xioabin meminta ijin untuk memulai rapat. Ia mengumumkan kalo pimpinan nggak bisa hadir karena masalah kesehatan. Wakil pimpinan Gong dan wakil pimpinan Xiao sudah tiba dan rapat akan dimulai. Xiaobin menunjukkan kalo penjualan setengah tahun pertama sangat nggak baik. Ibu Tianzhi menatap tajam ke ibu Tingen seolah menyalahkan. 


Tingen sendiri sedang mengupas apel untuk neneknya. Ia menatap neneknya yang ada di sebelahnya dan memintanya memberitahu yang sebenarnya. Apakah kakinya benar-benar sakit atau enggak? Nenek malah tertawa. Dia dan Tingen sama-sama tahu. Nenek mengangkat kakinya dan memberitahu kalo kakinya baik-baik saja. Tingen tersenyum dan mengaku sudah tahu. 


Nenek bertanya apakah itu alasan Tingen tinggal dan menjaganya hari ini? Karena mereka berdua ingin keluarga menjadi sedikit tenang? Tingen hanya tersenyum. Nenek menghela nafas. Ia merasa kalo rapat hari ini adalah pertempuran yang sangat sengit. Ibu pertama Tingen pasti nggak akan melepaskan kesempatan itu dan ibu Tingen juga pasti nggak akan rela menunjukkan kelemahannya. 


Tingen hanya tersenyum sambil mengupas apelnya. Nenek menatapnya dan meminta apel. Tingen memberinya sepotong. Nenek menerimanya dan memakannya. Manis. Tingen juga makan sepotong. Nenek menatap Tingen yang sedang melamun. 

Flashback...


Tingen memasak makanan dan ingin ia berikan pada ayahnya. Ibu mengambil makanan itu dan mencicipinya. Ibu membatin kalo rasanya lumayan tapi ia nggak ingin memuji Tingen. Ibu membuangnya dan memarahi Tingen. Kari macam apa yang Tingen buat? Tingli yang mengintip di balik pintu sampau kaget. Ibu meremehkan, Tingen ingin membawa itu pada ayah barunya? Tingen hanya menatap ibunya tanpa bilang apa-apa. Tingli sendiri malah menangis di tempatnya. Ibu menuduh Tingen ingin mewarisi restoran keluarga Huo. Tingen juga nggak menjawab. Ibu akhirnya pergi. 


Tingen menghampiri masakannya yang sudah dibuang ibu dan merasa sedih. 


Tingen memasak makanan untuk Tingli. Tingli manggilnya dan bertanya kapan ibu mereka akan pulang dari restoran ayah baru? Ia mengaku sangat lapar. Tingen memberitahu kalo ibu sangat sibuk. Ia yang akan membuatkan makanan untuk Tingli. Sebentar lagi siap. 


Makanan Tingen siap. Itu adalah nasi goreng. Tingli memakannya dengan lahap. Tingli tersenyum dan mengatakan kalo nasi gorengnya enak. Ada rasa ayah di dalamnya. 


Ibu pertama mereka tiba-tiba datang dan bertanya apa maksudnya rasa ayah? Menurutnya itu hanya makanan biasa. Ia sesumbar kalo ada banyak peralatan masak di rumahnya yang belum pernah Tingli lihat sebelumnya. Jangan kira karena ibu mereka membawa mereka ke rumah keluarga Huo, ia juga mengijinkan mereka seenaknya menyentuh barang keluarga Huo. Ibu pertama mereka mengancam akan bertengkar dengan ibu mereka kalo mereka berani menyentuh barang-barangnya lagi. 


Tianzhi tiba-tiba datang dan memanggil ibunya. Ibu Tianzhi berubah baik dan memuji anaknya yang baik. Ibu Tianzhi memberitahu kalo ia telah membelikan kue kesukaannya dan mengajaknya untuk makan. Mereka lalu pergi untuk makan. 


Tingli bertanya pada Tingen, kenapa Tingen membiarkan ibu pertama bersikap begitu pada mereka? Tingen memberitahu kalo keluarga Huo sudah menerima mereka dan memberi mereka makan juga tempat tinggal. Mereka harus berterima kasih. 


Tianzhi datang lagi dan memberikan kuenya pada Tingen dan Tingli. Tingli memalingkan wajahnya dan mengaku nggak ingin apapun dari keluarga Huo. Tianzhi merasa sedih, kenapa? Ia memberitahu kalo kue itu sangat enak. 


Tianzhi lalu memberikannya pada Tingen dan memintanya untuk memakannya. Tingen mengelus kepala Tianzhi dan memujinya anak baik. Ia mengingatkan kalo itu adalah kue kesukaan Tianzhi jadi ia bisa memakannya sendiri. Tingen memberitahu kalo dia nggak akan merebut barang milik Tianzhi. Tianzhi tersenyum dan mengatakan kalo miliknya adalah milik kakak juga. 

Flashback end...

Komentar:
Ikutan meleleh pas lihat Tingen memayungi Fenqing dengan jasnya dan ikutan sedih pas lihat masa kecil Tingen. Sama seperti ibu tiri kebanyakan, Tingen juga harus merasakan gimana kejamnya perlakuan seorang ibu tiri. 

Salam
Anysti18
Comments


EmoticonEmoticon