10/17/2018

SINOPSIS The Perfect Match Episode 8 PART 3

SINOPSIS The Perfect Match Episode 8 BAGIAN 3


Penulis Sinopsis: Anysti18
All images credit and content copyright: SET TV
Supported by: sinopsis-tamura.blogspot.com

EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS The Perfect Match Episode 8 Part 2
EPISODE SELANJUTNYA || SINOPSIS The Perfect Match Episode 8 Part 4

Nenek menatap Tingen yang sedang melamun lalu menggenggam tangannya. Tingen seolah tersadar dari lamunannya lalu menatap nenek. Nenek mengaku tahu kalo Tingen nggak peduli pada hal itu. Tapi dia juga nggak bisa menyerahkannya begitu saja. Nenek tahu semua kerja keras Tingen. Nenek meminta maaf karena sudah menyusahkan Tingen. 


Tingen menghela nafas dan melarang nenek ngomong begitu. Menurutnya itu bukan salah siapapun. Tingen sendirilah yang telah memilihnya. Nenek menggeleng. Ia menceritakan kalo sebelumnya, saat Yanis dalam masalah, kalo nggak karena Tingen kembali dan membantu, Yanis sekarang mungkin sudah bangkrut. Saat itu nenek memohon pada ibu Tingen untuk membawa Tingen kembali. 


Nenek bangkit dan mengaku sudah memberitahu Tingen untuk melakukan apa yang ingin ia lakukan. Tingen tersenyum mendengarnya. Nenek akan membiarkan Tingen untuk bersandar di bahunya. Nenek mengaku masih ingin mengatakannya sekarang. Ngerti? Tingen mengangguk mengiyakan. 


Nenek menatap Tingen dan membelai wajahnya. Nggak peduli kemanapun Tingen pergi, selamanya ia adalah cucunya. Senyum Tingen perlahan berubah menjadi wajah sedih. Kalo bicara serius, hanya Tianzhilah yang punya hubungan darah dengan keluarga Huo. Nenek mendadak jadi marah dan menundukkan wajahnya. 


Sekarang giliran Tingen yang menggenggam tangan nenek. Sebenarnya dia nggak memikirkan tentang hal itu, kalo Yanis akan baik-baik saja dan akan menghasilkan banyak uang nantinya. Tingen bahkan bisa memberikan posisi General Manajer dan La Mure pada Tianzhi. Nenek benar-benar marah dan menyingkirkan tangan Tingen. Ia menyuruh Tingen untuk menghapus kata-kata yang barusan ia katakan. 


Nenek memberitahu kalo keluarga Huo memiliki 3 cucu. Yang pertama Huo Tingen. Tingen mengangkat tangannya. Ada! Nenek melanjutkan, yang kedua Huo Tianzhi. Tingen memberitahu kalo dia sedang bekerja. Nenek menyebutkan yang ketiga adalah Huo Tingli. Tingen hendak mengatakan sesuatu tapi nenek mengulurkan tangannya dan melarang Tingen mengatakan sesuatu. 


Tingen nampak sedih, tapi rupanya nenek lebih sedih. Nenek menyesalkan karena Tingli nggak bisa merasakan cintanya. Nenek masih saja merasa sedih saat mengingat itu. Ia menyudahi. Tingen bahkan sekarang seperti itu. Nenek melanjutkan kalo memang Tingen ingin meninggalkan La Mure, maka pergilah dan buat karirnya sendiri. Nenek meyakinkan akan mendukung Tingen. Tapi apa yang Tingen bilang tadi? Akan mengembalikan bisnis keluarga Huo kembali ke keluarga Huo? Nenek mengaku akan membenci Tingen kalo Tingen punya pemikiran seperti itu. Walaupun nenek terbaring di dalam peti mati, ia akan merangkak keluar dan memberitahu Tingen kalo nenek membencinya. Apa Tingen ngerti? 


Tingen mengulangi, nenek akan merangkak keluar dari peti mati? Nenek mengangguk membenarkan. Tingen bercanda, kalo gitu nenek akan menjadi zombie? Nenek kesal dan rasanya mau mencekik Tingen. Tingen sendiri malah tertawa. 


Nenek bahkan hampir menangis. Ia memberitahu kalo Tingen adalah orang yang bertanggung jawab atas La Mure. Nenek memberitahu kalo Tingen hanya boleh ingat dua hal. Pertama apa yang terbaik untuk La Mure. Nenek menggenggam tangan Tingen dan menanyakan apa yang benar-benar ingin Tingen lakukan? 


Tingen nampak memikirkannya. Nenek bertanya apa Tingen sudah jelas apa yang nenek katakan? Apa dia mengerti? Tingen mengangguk. Ia ngerti. Nenek lalu menyuruh Tingen untuk pergi kalo memang dia sudah mengerti. Ia menyuruh Tingen untuk membuat keputusan yang benar. Hal yang benar. Tingen bertanya apa ia harus pergi? Nenek mengangkat tangannya dan menyuruh Tingen untuk pergi. 


Tingen seolah enggan. Ia menawari nenek untuk makan buah lagi. Nenek menyuruh Tingen untuk meletakkannya di meja dan segera pergi. Tingen menyibakkan selimutnya dan turun dari tempat tidur. Ia meminta nenek untuk menelponnya kalo membutuhkan sesuatu. Ia lalu pergi meninggalkan nenek. 


Nenek mengelus lututnya selepas kepergian Tingen dan merintih. 


Xiaobin memberitahu penilaian dari setengah tahun pertama dan rencana bisnis untuk setengah tahun kedepan. Kalo nggak ada hal lain, berdasarkan tata cara yang biasa dilakukan maka rapat akan berakhir. 


Ibu Tianzhi memberitahu kalo ia ada pergerakan mendadak. Itu mengenai kedatangan makan malam perwakilan. Ibu Tianzhi lalu menyuruh Yuqing untuk meminta General Manajer dan Asisten General Manajer untuk masuk. Yuqing mengangguk. 


Tianzhi menunggu di luar. Tingen datang nggak lama kemudian. Tianzhi menghampirinya dan bertanya ada apa sampai terburu-buru? Ia memberitahu kakaknya kalo ibunya tiba-tiba meminta rapat dan bersikeras meminta mereka untuk ikut rapat. Ia sendiri nggak tahu apa yang akan ibunya katakan. Tingen mengaku punya firasat buruk. 


Mereka masuk secara bersamaan lalu duduk di kursinya masing-masing. Ibu Tianzhi memberitahu kalo pagi ini ia mendapat telpon dari kedutaan Paraguay. Mereka memutuskan untuk merubah menu makan malam perwakilan. Menurutnya mengubah menu menjadi satu adalah hal kecil. Semangat makanan yang indah Taiwan, makanan pinggir jalan Taiwan. 


Xioabin dan ibu Tingen tampak tegang sementara Tingen sendiri santai-santai saja. Yuqing bangkit dan memberikan sebuah proposal pada ibu Tingen selaku wakil pimpinan. Ibu Tingen menerimanya dan membacanya. Ia khawatir kalo itu akan kurang layak. Ia lalu memberikannya pada Tingen. 


Ibu Tingen bangkit dan memberitahu peserta rapat lainnya kalo La Mure adalah restoran yang resepnya nggak terhitung. Karena itu adalah perjanuan untuk utusan orang asing, mereka setuju untuk membuat pengecualian dan mengikuti permintaan mereka. Mereka membuat menu spesial yang bisa menjaga keunikan dari La Mure dan jugs menunjukkan masakan Paraguay. Tapi gimana bisa mereka mengganti menu sehari sebelum perjamuan? 


Ibu Tianzhi menatap ibu Tingen seolah menantang. Kenapa mereka nggak bisa? Apa La Mure nggak bisa menerima tantangan? Ia merasa kalo nggak ada lagi yang harus dibucarakan. Kalo mereka membiarkan kedutaan tahu kalo La Mure nggak bisa meneruskan perjamuan, maka hal itu akan berdampak besar bagi La Mure. Ibu Tianzhi menatap Tingen dan memintanya untuk memberikan konfirmasi. Apa La Mure bisa menerima permintaan dari kedutaan atau enggak? Kalo Tingen nggak bisa maka Tingen bisa memberitahunya. 


Tingen hanya tersenyum. Ibu Tingen memberitahu ibu Tianzhi kalo ini bukan masalah mereka bisa melakukannya apa enggak. Tapi ini adalah masalah waktu. Lagipula menyetujui perubahan menu sehari sebelum perjamuan, sepenuhnya membuat mereka berada dalam posisi sulit. 


Tingen meraih tangan ibunya dan menenangkannya. Ibu Tianzhi meminta suara Tianzhi. Sisi mana yang ia dukung? Tianzhi menatap Tingen. Ia mengatakan meski makanan jalanan Taiwan enak, takutnya mereka nggak punya cukup waktu kalo mengubah menunya secara tiba-tiba. Ia mengumumkan kalo ia berpihak pada rencana awal. 


Xiaobin dan Tingen tersenyum mendengarnya. Ibu Tianzhi menatap Yuqing dan mengingatkan kalo keluarganya punya rantai kopi terbesar di negara. Ia meminta Yuqing untuk memberitahu mereka apa saja yang harus diperhatikan oleh seseorang yang mengelola perusahaan yang memiliki banyak toko. 


Yuqing tersenyum. Ia mengatakan karena itu adalah permintaan dari kedutaan, maka mereka harus mencoba untuk memenuhi keinginan mereka sebisa mungkin. Tingen mengangguk membenarkan. Mereka harus menenuhi permintaan dari kedutaan. Seorang peserta rapat lainnya juga sependapat. 


Ibu Tianzhi meminta Tingen untuk memberitahu seluruh direktur apakah ia bisa melakukannya apa enggak? Suasana jadi makin tegang. Tingen memperhatikan peserta rapat. Ia lalu menatap ibunya. Ibunya menggeleng. 


Tingen bangkit dan mengatakan kalo mereka semua bersikeras mengharuskannya untuk memberi jawaban. Jawabannya adalah... ia bisa. Ia akan nelakukan yang terbaik demi reputasi Yanis, mereka dan La Mure. N ia nemberitahu wakil pimpinan kalo nggak ada masalah. 


Ibu Tingen tetap nggak setuju. Apa maksudnya Tingen setuju? Tingen mengumumkan sekali lagi kalo ia setuju. Sangat setuju. Ibu Tianzhi mengumumkan kalo mereka sudah mencapai kesepakatan. Tingen bertepuk tangan dan diikuti oleh yang lainnya. Ibu Tingen menatap ibu Tianzhi dengan tatapam marah. Ibu Tianzhi tersenyum atas kemenangannya. 


Ibu Tianzhi keluar dengan senyum puas. Sementara ibu Tingen dan Tingen tampak tegang. Ibu bangkit dan bertanya ada apa dengan Tingen? Gimana dia bisa setuju dengan pendapat Gong Meili? Dia jelas-jelas menargetkan Tingen dengan tiba-tiba mengganti menu. Dan Tingen dengan b*dohnya menerima pendapatnya. Apa Tingen berpikir kalo mereks berpikir begitu demi Tingen dan La Mure? 


Tingen hanya tersenyum sambil menutup sebelah telinganya. Ibu menanyakan siapa yang akan merubah menu sehari sebelum perjamuan? Ia merasa kalo ibu Tianzhi sengaja melakukannya untuk membuat Tingen berada pada posisi yang sulit. 


Tingen memberitahu kalo dia mengatakannya dengan baik. Apa ibu bisa benar-benar menolaknya? Ibu mengambil tasnya dan meletakkannya di atas meja. Ibu mengaku semakin nggak mengerti Tingen. Tingen pergi ke Perancis untuk belajar memasak. Ibu merasa kalo makanan jalanan Taiwan bukanlah kekuatannya, tapi Tingen malah setuju dengan ibu Tianzhi. Ibu mengumpamakan Tingen seperti mengambil batu dan memukul kakinya sendiri. Apa Tingen tahu itu? 


Tingen bangkit. Ia merasa kalo apa yang dikatakan oleh ibu pertama sangat masuk akal. Karena kedutaan yang meminta maka harusnya merrka mencoba sebaik mungkin untuk mengabulkannya. Membuat makanan jalanan juga nggak masalah. Selama Tingen tahu cara membuatnya, maka anggaplah itu sebagai tantangan. Lebih baik begitu. Lebih-lebih ibu pertama juga wakil pimpinan. Mereka harus menghormatinya. Ibu memberitahu kalo dia wakil pimpinan dan ibu juga wakil pimpinan. Saham mereka sama. Gimana bisa mereka harus mendengarkan ibu Tianzhi? Gimana bisa mereka selalu menderita? 


Tingen memberitahu kalo ibu pertama akan selalu merasa kalo dialah yang pertama dan mereka yang kedua. Ibu terdiam. Suasana menjadi nggak nyaman. Tingen melarang ibunya untuk khawatir. Ia meyakinkan kalo ia bisa melakukannya. Tingen lalu mengajak Xiaobin pergi. Mereka meninggalkan ibu Tingen. 


Ibu Tingen hanya bisa menghela nafas. Ia membanting dokumen yang ia baca tadi lalu duduk. Ia membenarkan apa yang tadi Tingen katakan. Ia yang kedua. Tapi nggak berarti Tingen harus jadi yang kedua. Mata ibu mulai basah. Itulah sebabnya ia ingin Tingen menikah dengan Ruxi untuk memberikan dukungan kekuatan untuknya. Ibu ingin menemukan pasangan yang kuat untuk Tingen. Ibu berharap di masa yang akan datang Tingen akan berhenti bertingkah seperti budak dan menjadi sampah orang lain, selalu baik pada orang lain. Ibu mengaku sangat peduli pada Tingen. Ia takut Tingen akan menderita. Ibu takut Tingen akan diganggu oleh orang lain. Kenapa Tingen nggak bisa memahami hati ibunya? Ibu menangis. Sedetik kemudian ibu merasa nggak bisa tinggal diam. Ia harus memikirkan cara untuk membantu Tingen. 


Yuqing, Tianzhi dan ibunya berada di sebush ruangan. Tianzhi bertanya kenapa ibu selalu mempersulit mereka? Ibu menatap Tianzhi dan memintanya untuk sadar. Jangan membiarkannya menjadi orang jahat. Dan lagi ibu terus berjuamg dengan keras di garis depan tapi Tianzhi malah menarik kakinya. Tianzhi bahkan membela Tingen. 


Tianzhi memanggil ibunya. Ibu mengaku nggak peduli pada apa yang Tianzhi pikirkan. Apa membantu orang lain akan menyakitinya? Tianzhi mengatakan kalo nggak seperti itu. Ibu mengaku tahu apa yang ingin ia katakan. Tingen memperlakukannya dengan sangat baik dan ibu keduanya juga mengurusnya dengan baik. Tianzhi membenarkan. Ibu merasa kalo memang harus seperti itu. Mereka belum mendapatkan kekuasaannya. Ibu memberitahu kalo nggak ada yang namanya keluarga dengan kasih sayang sekarang ini. Ibu mengatakan kalo mereka sudah menipu orang b*doh seperti dirinya. 


Tianzhi memberitahu kalo ibu kedua dan kakaknya bukanlah orang seperti itu. Mereka bukanlah orang jahat. Ibu menyahut apakah mereka jahat atau enggak, itu nggak dinilai secara dangkal tapi dengan posisi mereka. Ibu merasa kalo putra wanita itu telah ditakdirkan untuk menjadi orang jahat sejak dia memasuki keluarga Huo. Tianzhi nggak punya hubungan darah dengan Tingen. Jadi berhenti mengingat kasih sayang antara kakak dan adik. Tianzhi membantah kalo nggak seperti itu. 


Ibu bangkit dan menghampiri Yuqing. Ia mengatakan kalo disana hanya ada Yuqing yang masuk akal dan cerdas. Dia tahu apa yang ibu ingin lakukan. Yuqing banyak membantu ibu selama rapat direksi tadi. Ibu lalu menatap Tianzhi dan memberitahu kalo berdasarkan kinerja Tianzhi hari ini, sepertinya Yuqing nggak hanya bisa membantunya dalam hal aspek keuangan. Saat Tianzhi mewarisi Yanis dan La Mure di masa depan Yuqing bisa membantunya untuk mengelola bisnis. 


Tianzhi diam dan nggak bilang apa-apa. Yuqing tersenyum menatap ibu. Ia memberitahu kalo ia hanya memikirkan kepentingan Tianzhi. Ibu mengatakan Yuqing mengatakan pokok permasalahannya. Ia memanggil Tianzhi dan bertanya apa Tianzhi mendengarnya? Ia menyuruh Tianzhi untuk lebih pintar lain kali. Tianzhi nggak menjawab. Yuqing meminta ibu agar nggak khawatir. Ia akan terus memperhatikan Tianzhi. Ia tahu kalo Tianzhi adalah orang baik yang mudah dimanfaatkan oleh orang lain. Jadi ia akan mengingatnya dan nggak akan membiarkan mereka mendekati Tianzhi. Sekali lagi Yuqing meminta ibu untuk nggak khawatir. 


Ibu tersenyum dan kembali menggenggam tangan Yuqing. Ibu senang Yuqing menjadi menantunya. Yuqing lebih akrab dengannya daripada putranya sendiri. Tianzhi sudah melakukan hal yang benar dengan memilihnya. Ibu mengajak Yuqing untuk makan dengannya. Mereka lalu pergi meninggalkan Tianzhi. Tianzhi bangkit dan menghela nafas. 

Bersambung...

Komentar:
Ini ibunya Tianzhi bisa jahat banget ya sama Tingen. Sama anaknya sendiri aja dimarah-marahin mulu. Padahal sebenarnya Tianzhi bukanlah orang jahat. 

Salam
Anysti18
Comments


EmoticonEmoticon