10/26/2018

SINOPSIS The Perfect Match Episode 9 PART 2

SINOPSIS The Perfect Match Episode 9 BAGIAN 2


Penulis Sinopsis: Anysti18
All images credit and content copyright: SET TV
Supported by: sinopsis-tamura.blogspot.com

EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS The Perfect Match Episode 9 Part 1
EPISODE SELANJUTNYA || SINOPSIS The Perfect Match Episode 9 Part 3

Masakan Tingen sudah jadi. Ia memakannya sambil menonton TV. Itu adalah hari saat Fenqing diwawancara. Fenqing mendapat pertanyaan apa itu niat baik. Fenqing memberitahu kalo menurutnya niat baik seperti empati. Seperti jatuh cinta tapi nggak hanya seseorang yang diam-diam mencintai seseorang. Tapi juga membiarkan orang itu merasakannya. Karena itulah koki disana untuk membagi niat baiknya pada pelanggan. Ia merasa kalo itulah sikapnya pada makanan. 


Tingen tersenyum menatap Fenqing. Ia bicara begitu baik. Tingen merasa sudah mengajarkan apa yang perlu ia ajarkan pada Fenqing. Tapi pilihan akhirnya ada di tangan Fenqing. Koki macam apa yang Fenqing inginkan? 


Tianzhi dan ibunya juga sedang menonton acara Fenqing. Ibu buru-buru mematikannya. Ia lalu memberitahu Tianzhi kalo peringkat La Mure sudah turun tapi garis keturunan Huo Tingen nggak pernah benar. Sekarang bahkan peringkatnya sama dengan pasar malam. Cocok banget menurut ibu. 


Tianzhi melarang ibu buat ngomong gitu. Menurutnya kakkanya sudah berusaha keras untuk mereka. Ibu menggarisbawahi, berusaha keras? Menurut ibu itu namanya karma. Wanita yang tamak dengan kekayaan dan nama keluarga Huo dan sekarang pembalasannya jatuh ke anaknya. Yang satu sudah meninggal dan yang satu lagi bekerja seperti buruh untuk keluarga Huo. Ibu merasa kalo mereka pantas mendapatkannya. 


Tianzhi melarang ibu untuk bicara seperti itu. Ibu merasa kalo itulah alasannya. Saat nenek sakit kenapa dia bersembunyi di rumah sakit? Buat siapa dia melakukannya? Ibu berpendapat kalo Tingen nggak ingin menghadapinya karena ia tahu kalo ia nggak bisa menang melawan ibu. Ibu memberitahu kalo itu namanya pembalasan. 


Tianzhi bangkit. Dia nggak terima. Gimana bisa ibu menggunakan kata itu? Pembalasan? Kalo ibu berkata seperti itu, maka ia juga akan bertengkar dengan dirinya sendiri. Ibu inutan bangkit dan menanyakan apa yang ingin Tianzhi katakan padanya? Tianzhi menghela nafas dan meminta maaf pada ibunya. Ia mengingatkan kalo ayah bahkan belum la meninggal. Ia meminta ibu untuk melepaskan masalah itu. Ibu memberitahu kalo ia bukan orang suci dam ia juga nggak sebaik itu. Dan Tianzhi juga nggak usah melakukan itu. 


Ibu yang kadung kesal pergi begitu saja. Tianzhi mengangguk lalu meneguk anggurnya. Ia mengiyakan. Ibu bilang kalo ayah berhutang pada ibu. Tianzhi janji kalo suatu hari ia akan membayar hutang itu. Pasti. 


Fenqing dan teman-teman pasar malamnya sudah selesai makan. Mereka membereskan piring-piring tapi Ah Wang malah pergi gitu aja. Fenqing, Nai Nai dan Zhen Zhen kesel jadinya. 


Ah Wei menyendiri di atap. Ia sibuk membuat sesuatu dari lampu kelap-kelip. Tahu-tahu Ah Wang datang dan mengagetkannya. Ah Wang duduk di samping Ah Wei dan bertanya apa yang sedang Ah Wei buat? Dia seperti pohon natal. Ah Wei panik dan menanyakan dimana Fenqing? Ah wang memberitahu kalo Fenqing mencuci piring dan dia melarikan diri. 


Ah Wei memberitahu kalo dia nggak lagi ngapain. Hanya membuat itu. Ah Wang pindah dan duduk di depan Ah Wei. Apa itu? Ah wei memberitahu kalo setelah malam ini adalah ulang tahunnya. Ia mengaku ingin menyiapkan kejutan untuk Fenqing. Ah Wang tersenyum dan menyelamati Ah Wei. Jadi Ah Wei ingin menyiapkan kejutan untuk Fenqing? Ah Wang merasa kalo itu nggak benar. Yang ulang tahun kan Ah Wei? Bukannya seharusnya mereka yang menyiapkan kejutan buat Ah Wei? Tapi kenapa jadi Ah Wei yang nyiapin kejutan buat Fenqing? 


Ah Wei bilang nggak papa. Ia hanya ingin mengabulkan permohonannya yaitu ia ingin menunjukkan perasaannya pada Fenqing. Jadi ia ingin membuat itu lebih cantik agar bisa memberikan keberanian pada dirinya di saat yang sama. Ah Wang senang mendengarnya karena Ah Wei akan bergerak. Ah Wang mau melihatnya. 


Ah Wei berniat menunjukkan sesuatu yang hebat. Ia memasang kabelnya dan hati itu tiba-tiba menyala. Ah Wang yakin kalo Ah Wei pasti berhasil. Kalo dia jadi wanita dia juga pasti akan jatuh cinta pada Ah Wei. Ah Wei pasti akan berhasil. Ah Wei menghela nafas. Ia berharap kalo ia akan berhasil. 


Fenqing ada di kamarnya. Ia mencatat apa yang sudah ia pelajari selama ini untuk membuat kari lobster. Ibu tiba-tiba masuk dan duduk di tempat tidur Fenqing. Fenqing menatap ibu dan bertanya kenapa ibu belum tidur? Ibu hanya berpikir kalo mereka sudah lama nggak mengobrol jadi ibu datang untuk mengobrol. Fenqing meminta maaf. Ia memberitahu kalo besok adalah hari ujiannya di La Mure. Ia janji kalo mereka akan mengobrol setelahnya. Ibu mengiyakan. Ibu berpesan agar Fenqing jangan terlalu keras dan lelah. Ibu mengaku sakit hati tiap memikirkan ayah bekerja keras dan mengalami kecelakaan karena kelelahan. Fenqing memotong. Mengingatkan kalo itu sudah berlalu. Ia melarang ibu berpikir terlalu banyak. 


Ibu lalu mengalihkan dengan bertanya apa menutut Fenqing belakangan Yang makin patuh? Fenqing tersenyum mengiyakan. Ibu mrngaku sudah puas tiap kali mereka berdua aman dan semuanya lancar. Fenqing janji kalo dia akan berusaha. Ibu ingat kalo Fenqing ada ujian besok. Dia nggak akanrngganggunya lagi. Ibu bangkit dan mengingatkan kalo Fenqing harus tidur lebih awal. Fenqing mengucapkan selamat malam pada ibu. Ibu tersenyum dan keluar dari kamar Fenqing. Malam! 


Fenqing menggumam, besok! Apakah besok akan jadi hari terakhirnya? Huo Tingen banyak mengajari dan membantunya. Fenqing nggak tahu apa yang bisa ia bantu untuk Tingen. Dia juga nggak tahu apa yang Tingen butuhkan. Fenqing menghela nafas. Sedetik kemudian ia ingat sesuatu. Ia membenarkan lalu berbalik kembali pada catatannya. 


Fenqing mengambil ponselnya dan mengirim pesan. Ia mengatakan pada para paman, bibi, kakak dan adik kalo ia butuh bantuan. 


Tingen sudah menunggu di dapur. Nggak lama kemudian Fenqing datang. Ada banyak bahan makanan di atas meja. Fenqing menatap punggung Tingen lalu berjalan mendekat. Tingen berbalik dan menatap Fenqing. Ia bertanya apa Fenqing sudah siap? Kalo Fenqing berhasil pada ujian itu maka ia bisa dengan bangga berjalan keluar dari sana. Tingen meyakinkan kalo dia nggak akan lunak. Fenqing mengatakan kalo ia akan berusaha. Tingen mengangguk dan tersenyum. Ia bertanya apa Fenqing ingat? 


Tingen melangkah. Ia menceritakan kalo saat pertama ia melihat Fenqing di pasar malam. Orang mengatakan kalo Fenqing adalah peniru La Mure. Versi rakyat dari Huo Tingen. Tingen menyentuh lampu gantung. Ia melanjutkan kalo Fenqing nggak senang dan menantangnya. Akhirnya Fenqing kalah dan datang kesana untuk belajar dengannya. Fenqing mengakui kalo selama 7 hari ini ia sudah mempelajari banyak hal yang nggak bisa ia pelajari di pasar malam. Semuanya sudah melampaui ekspektasinya. 


Tingen tersenyum. Ia mengatakan kalo ia sudah memberikan kesempatan pada Fenqing. Tingen menatap Fenqing dan memintanya untuk membuat pilihan. Apakah Fenqing akan memasak kari lobster yang ia ajarkan atau kari lobster buatannya sendiri? Fenqing menatap Tingen lekat-lekat. Tingen meminta Fenqing untuk memberikan jawabannya. Apa yang ingin ia masak? Fenqing nampak memikirkannya. Ia lalu minta diijinkan untuk menelpon. (Lah, phone a friend?) Tingen menatap Fenqing tajam. 


Ah Wei sedang berbelanja di pasar. Ia lalu mendapat telpon dari Fenqing dan mengangkatnya. Entah apa yang dikatakan Fenqing. Ah Wei mengatakan kalo nggak akan ada masalah. Serahkan saja padanya. Ia akan menelponnya lagi nanti. 


Ah Wei lalu menelpon Zhen Zhen. Ia memberitahu kalo sekarang Fenqing butuh bantuan mereka. Ia meminta Zhen Zhen untuk mendengarkannya. Ia akan pergi ke pasar sekarang dan Zhen Zhen pergi ke toko anggur.  Ah Wei juga menyuruh Zhen Zhen untuk memberitahu Nai Nai agar mencari kakak Yu dan setelah itu mereka bertemu di depan La Mure. Zhen Zhen mengiyakan. 


Fenqing menepuk meja dan memberitahu kalo dia sudah memutuskan untuk memasak kari lobster buatannya sendiri. Dan tiba-tiba teman-temannya muncul dari belakangnya. Xiaobin juga tahu-tahu ada di samping Tingen. Fenqing melanjutkan kalo ia nggak akan mengikuti jalan lain. Meski ia sukses, tetapi akan kurang bahagia. Kenapa ia harus kurang bahagia? 


Tingen bertanya gimana Fenqing akan membuat kari lobsternya? Fenqing meminta Tingen untuk melihat baik-baik. Ia menjentikkan jarinya ke arah Ah Wei. Ah Wei lalu memperlihatkan apa yang ia bawa. Seekor lobster. Fenqing memberitahu kalo itu adalah lobster lokal. Mereka dikelilingi oleh lautan. Dan menurut Fenqing, lobster lokal adalah yang paling segar. 


Selanjutnya adalah brandy Taiwan. Fenqing menjelaskan kalo kualitas air di Taiwan bagus. Anggurnya dibuat dari itu dan ia yakin kalo itu nggak akan lebih buruk dari barang impor. Tingen mengangguk. Fenqing lalu menunjukkan beras yang dibawa Nai Nai. Ia memberutahu kalo itu adalah beras pendek Taiwan. Ia nggak akan menggunakan beras Italia untuk memasak Risoto. Menurutnya beras pendek lokal lebih baik dan lebih enak. 


Fenqing kembali menatap Tingen. Ia tadi sudah bertanya Fenqing ingin menjadi koki seperti apa? Dan makanan seperti apa yang ingin ia masak untuk pelanggan? Fenqing mengatakan kalo sekarang ia akan menjawabnya. Niat baik yang akan ia sampaikan pada pelanggan adalah menggunakan yang paling segar dan yang paling baik untuk membuat mereka merasakan semangatnya pada makanan, orang dan tanah. 


Tingen meremehkan. Ia memberitahu kalo makanan Fenqing nggak akan terasa lebih baik setelah bicara segitu banyak. Tingen menyuruh Fenqing untuk memasak sekarang. Dia mengaku nggak bisa menunggu lagi. Tingen lalu pergi. Xiaobin mengatakan kalo kata-kata Feqing tadi bagus. Semangat. Dia juga pergi. Ah Wei juga menyemangati Fenqing. Mereka ada di sana untuk Fenqing. 


Fenqing akan mulai memasak. Ia meletakkan lobsternya di atas es batu. Fenqing memejamkan matanya dan berdoa. Xiaobin bertanya pada Tingen, kenapa ia menguji Fenqing seperti itu? Tingen menjawab karena Fenqing bekerja keras. Tingen mengaku nggak tahu apa pilihan itu baik buat Fenqing apa enggak. Tapi seenggaknya ujian terbesar adalah kekuatan yang ia berikan pada Fenqing. 


Xiaobin menyimpulkan jadi Tingen membiarkan Fenqing tahu kalo dia adalah koki sejati? Dan bukannya seseorang yang datang untuk belajar mrmbuat kari lobster? Tingen menjawab ya kira-kira gitu. Xiaobin merasa kalo Tingen benar-benar perhatian. 


Fenqing memejamkan matanya dan mengingat apa-apa saja yang sudah ia pelajari selama ini. 

Flashback...


Tingen memberitahunya kalo untuk seseorang yang sudah meninggal, waktu berhenti untuk mereka. Tapi bagi mereka yang masih hidup, ingatan mereka akan semakin banyak. Dan mudah berubah. 


Tingen membawa buku catatan ayah Fenqing dan bertanya apa Fenqing punya ide dan pendapat sendiri tentang makananya? Enggak? Ia yakin kalo Fenqing nggak akan bisa membuat makanan enak apapun yang ia lakukan. Tingen mengangkat buku itu dan mengatakan kalo mulai sekarang catatan itu akan menghilang dan Fenqing akan jadi lebih baik.

Flashback end...


Fenqing membuka matanya. Yang Tingen ajarkan padamya adalah rasa dan bukannya kenangan. Tapi proses dari waktu. Biarkan ia berhenti bergantung pada resep ayahnya. Fenqing mengambil wortel dan mulai memotongnya. Nai Nai, Zhen Zhen dan Ah Wei menatapnya dengan cemas. 


Fenqing membatin kalo Tingen juga mengajarinya betapa pentingnya sebuah bahan. 

Flashback...


Tingen menunjukkan dua macam lobster pada Fenqing. 


Fenqing membawa telur dengan sangat hati-hati. 

Flashback end...


Fenqing membuka lobsternya. Memisahkan kepala dari badannya. Ia lalu membawa bahan-bahan lainnnya ke meja yang lain. Fenqing akan membuat nasi. Zhen Zhen melihat kalo ada banyak sekali langkah. Ia bertanya pada Ah Wei, apakah mereka bisa membantunya? Ah Wei memberitahu kalo mereka nggak boleh membantu Fenqing. Fenqing harus mengandalkan dirinya sendiri. Nai Nai mengatakan kalo mereka nggak bisa membantu sama sekali? Ah wei menenangkan kalo nantinya Nai Nai akan bisa membantu tapi sekarang Fenqing hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri. 


Fenqing menambahkan sesuatu ke dalam nasinya (kayaknya anggur). 

Flashback...


Tingen menyuruh Fenqing untuk mencoba anggurnya. Mungkin ia bisa mendapatkan inspirasi saat ia mabuk. Tingen mencontohkan kalo saat ia mabuk masakan yang ia buat sangat enak. Fenqing mengambil gelasnya dan mulai meminumnya. 


Kamu membuatku percaya pada instingku untuk menciptakan masakan. 
Presdir Wang menilai kalo ayamnya enai. Anggurnya juga enak. Itu benar-benar cocok. 

Flashback end...


Fenqing mengambil sebuah bumbu dan menciumnya. 

Flashback ...


Sebenarnya menjadi koki sangat membosankan. Hal yang kamu lakukan setiap hari adalah sama. 
Tingen juga melakukan hal yang sama saat mau memasukkan bumbu. 


Masakan yang sama dan rasa yang sama. 
Fenqing memejamkan mata dan Tingen menyuapkan bumbu ke mulutnya. 


Tingen memberitahu kalo satu-satunya yang beda adalah menjadi koki sejati yang akan selalu mengasah kemampuannya setiap hari berulang kali sampai mahir. Kalo Fenqing sudah  bisa mencapai tingkat itu maka ia bisa memberitahu Tingen bahwa Fenqing ingin mengembangkan. Fenqing mendengarkannya dengan seksama. Tingen melanjutkan kalo itulah yang ia maksud saat ia mengatakan kalo nggak ada kesuksesan kalo Fenqing nggak mengikuti aturan. 

Flashback end...


Fenqing tersenyum. Ia nggak akan lupa untuk mengikuti aturan dan urutan bahan lainnya. Dan berpikir tentang apa yang pelanggan ingin makan. 

Bersambung...

Komentar:
Wah jadi ikutan tegang lihat Fenqing ujian. Sama seperti Nai Nai. Bahkan Tingen juga ikutan cemas lihat Fenqing. 

Salam
Anysti18
Comments


EmoticonEmoticon