2/15/2019

SINOPSIS Legal High Episode 1 PART 1

SINOPSIS Legal High Episode 1 BAGIAN 1


Penulis Sinopsis: Lfa
All images credit and content copyright: jTBC
Supported by: OPPA SINOPSIS
Follow TABLOID SINOPSIS on: TWITTER

EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS Legal High Lengkap
EPISODE SELANJUTNYA || SINOPSIS Legal High Episode 1 Part 2

Latar tempat menunjukan salah satu bangunan yang merupakan rutan di Korea Selatan.


Dua penjaga sedang berjalan menuju salah satu sel tahanan.


Kemudian tahanan pria yang diketahui bernomor 2064 itu dibawa oleh kedua penjaga tersebut. 


Untuk dimasukkan ke dalam sel tahanan lain. Dalam sel tersebut, pria bernomor 2064 langsung disambut oleh tahanan pria lain bernomor 1620 yang tampak lebih muda darinya. Selanjutnya, mereka terlibat dalam pembicaraan.


Tahanan 1620 : “Baik, Pak.”
Tahanan 2064 : “Kudengar kamu menyetor jumlah besar ke dalam rekening komisarisku.”


Tahanan 1620 : “Itu bukan apa-apa, Pak. Jika anda mau lagi, aku sungguh bisa
     mengurusnya.”

Tahanan 2064 : “Kudengar kamu mencari pengacara yang bagus.”
Tahanan 1620 : “Benar. Aku membayar pengacaraku dengan lancar, tapi nasibku masih 
    seperti ini.”
Tahanan 2064 : “Bedebah itu! Kamu memilih orang bodoh yang tidak becus menjalankan 
     tugas. Jadi, kamu datang untuk suap? Apa barang buktinya?”
Tahanan 1620 : “Mereka menemukan bukti pada rekening bank istriku. Serta, pada rekening

    saudara iparku dan istrinya.”

Tahanan 2064 : “Rupanya mereka menemukan bukti kuat.”

Tahanan 1620 : “Kabarnya, anda bisa menjembatani orang-orang dengan pengacara
     
     kompeten yang selalu menangani kasus. Aku akan senang jika bebas 

     bersyarat ....”


Tahanan 2064 : “Kamu akan dibebaskan.” 

Tahanan 1620 : “Aku bisa dibebaskan?”

Tahanan 2064 : “Pengacara itu tidak pernah gagal membebaskan kliennya.”

Tahanan 1620 : “Tapi semua bukti sudah terungkap dalam kasusku.

Tahanan 2064 : “Hanya orang amatir yang berjuang untuk membuktikan apa barang bukti 

     dapat dipercaya.”

Tahanan 1620 : “Lantas bagaimana ...”
Tahanan 2064 : “Kebenaran baru harus ditemukan.”


Tahanan 2064 : “Begitu dia mulai berargumen, kritik berubah menjadi toleransi dan 

     pengampunan. Kebencian menjadi belas kasihan.”

Tahanan 1620 : “Adakah pengacara sehebat itu? Bagaimana cara menyewa orang itu?”


Tahanan 2064 : “Kamu butuh ini.”

Tahanan 1620 : “Apa maksud ini?”


Tahanan 2064 : “Uang.” 


Yeay... Selamat menyelami dunia yang penuh pembicaraan tentang pasal dan undang-undang yeorobun ;)


Pemotretan sedang berlangsung. Tingkah konyol Go Tae Rim menjadi topik pembicaraan para kru.


Kru rambut pendek : “Dia pasti berpikir dia model atau semacamnya.”

Kru rambut panjang : “Konon, dia menjijikan dan hanya memedulikan uang. Haruskah kita 

 mewawancarai dia?”

Fotografer : “Dia mewakili CEO kita yang jahat ketika dituntut. Ini salah satu syaratnya.”


Berlanjut ke sesi wawancara 

Pewawancara : “Apa teori dasar atau aturanmu sebagai seorang pengacara?”

Go Tae Rim : “Kejahatan tidak akan pernah sirna. Tapi bukankah kalian membutuhkan 

seseorang sepertiku? Pejuang yang menegakkan keadilan.”


Latar berganti dan menampakkan pertarungan tinju antara Seo Jae In dan seorang perempuan lain di ring.


Dan ternyata pertarungan tadi hanya mimpinya Seo Jae In karena dia sedang tertidur di tempat latihan tinju.


Kemudian seorang pelatih datang dan bertanya apa yang sedang dilakukan Seo Jae In.

Pelatih : “Kamu Ketiduran?”

Seo Jae In : “Tidak. Aku sedang melakukan yang kamu sebut latihan menghayati.”

Pelatih : “Nona, kamu telah berlatih disini selama enam bulan. Kamu bahkan tidak bisa 

    meninju dua kali berturut-turut. Apa, ‘‘latihan menghayati’’?”


Pelatih : “Lihatlah ke sana. Mereka baru bergabung tiga bulan lalu.”

Seo Jae In : “Aku tidak seatletis dan sebugar itu.” 

Pelatih : “Maka berlatihlah dengan segenap hati. Atau berhenti membuang waktu dan keluar saja.”

Seo Jae In : “Tidak, aku akan terus berlatih.”

Pelatih : “Dengar, Nona.”


Pelatih : “Memang kamu diminta untuk malu-malu? Jangan menahan diri. Lepaskan saja. Rasakan. Keluarkan emosi dan amarah. Meninjulah dengan perasaan itu. Ini tidak akan meledak.”

Seo Jae In : “Baik.”

Pelatih : “Perhatikan aku. Jaga jarak lebih dahulu. Satu, dua. Satu, dua. Mengerti ? Sekarang,  cobalah.” 

Seo Jae In : “Bagaimana cara melakukan uppercut ...”


Pelatih : “Mengerti? Jangan terburu-buru kuasai dasar-dasarnya dahulu. Paham?”

Seo Jae In : “Baik.” 

Pelatih : “Pikirkan saja mantan pacar yang menyakitimu atau atasan di kantor yang 

    menyebalkan. Anggap saja samsak ini adalah orang itu dan tinjulah. Tunggu apa 

    lagi?”

Seo Jae In : “Bolehkah aku membayangkan yang lain? Akan ada perkara hukum jika aku 

          menganggap ini seseorang.”

Pelatih : “Perkara hukum?”

Seo Jae In : “Iya. Aku seorang pengacara. Memukul orang adalah perkara serius. Bisakah aku 

         berpura-pura menganggapnya alien?”


Seo Jae In berada di kantor dan sedang membereskan berkas yang ada di atas mejanya kemudian terdengar dering dari telepon kantor yang ada di mejanya. 

Seo Jae In : “Dengan pengacara Seo Jae In dari Firma Hukum Yoo.”

Penelpon : “Nona Seo.”

 Seo Jae In : “Iya.” 

Penelpon : “Jadwalku padat.”

Seo Jae In : “Baik.”

Penelpon : “Ada file merah di mejaku. Bisa bawakan kepadaku?” 

Seo Jae In : “Anda di sana? Baik, akan kubawakan.” 


Diperjalanan Seo Jae In tertidur dalam kereta lalu naiklah seorang kakek. Ia pun langsung berdiri dan mempersilahkan kakek itu untuk duduk ditempat yang tadi ia duduki. kakek itu pun merasa segan dan menolak tawaran Seo Jae In. Namun, Seo Jae In bilang bahwa dia tidak apa-apa. Akhirnya, kakek tersebut akan duduk tetapi sebelum kakek itu sempat duduk, tempat itu sudah terlebih dahulu diduduki oleh laki-laki berumur 2 atau 3 tahun lebih muda dari Seo Jae In.


Akhirnya, Seo Jae In memutuskan untuk menegur lelaki tersebut tetapi lelaki itu hanya menengok ke arahnya dan tidak berbicara sepatah katapun. Lelaki yang ternyata Go Tae Rim itu kembali menunduk. Seo Jae In mencoba untuk menegurnya kembali akhirnya Go Tae Rim mengangkat kepalanya dan melihat ke Seo Jae In lalu melepas headsetnya dan bertanya dengan bahasa mandarin sedangkan Seo Jae In yang tidak bisa berbahasa mandarin mencoba untuk berbicara dengannya menggunakan bahasa korea perkata. 


Go Tae Rim : “Aku orang Korea.”

Seo Jae In : “Bisa Biarkan Bapak ini duduk?”

Go Tae Rim : “Kenapa harus begitu?”

Seo Jae In : “Bukankah sudah sewajarnya pemuda menyilakan lansia duduk?”

Go Tae Rim : “Benar. Tapi, apakah yang muda selalu kuat dan yang tua selalu lemah?”

Seo Jae In : “Apa?”

Go Tae Rim : “Contohnya, apa kamu sudah pertimbangkan kemungkinan aku mengidap 

 penyakit jantung akut.atau cedera tulang belakang?”

Seo Jae In : “Kamu mengidap itu?” 
Go Tae Rim : “Tidak.”

Seo Jae In : “Apa?”

Go Tae Rim : “Pria ini tampak berusia 60-an tahun, tapi dia rutin ke sasana. Tasnya usang, 

 berarti dia sering berolahraga. Dadanya bidang dan perutnya kekar. Aku 

 bahkan bisa merasakan otot-otot kakinya yang kencang dari celananya. Dia 

 secara fisik lebih bugar daripada tubuh kecilku yang rapuh.”

Seo Jae In : “Tapi itu hanya ...”

Go Tae Rim : “Serta, sasana itu berlokasi di sebelah stasiun ini. Perjalanannya hanya berjarak 

 dua stasiun, jadi tidak perlu menyilakan dia duduk,atau memaksa dia duduk. 

 Itu sebabnya aku tidak berdiri. Sekian. Ada keberatan? ”

Seo Jae In : “....”

Go Tae Rim : “Terima kasih”

Seo Jae In : “Kenapa kamu terus merendahkanku?” 

Go Tae Rim : “Kamu sendiri yang mengatakannya. Korea, lansia, dan tata krama.”


Seo Jae In memasuki apartemen yang sengaja tidak di kunci untuk mengantarkan file merah.


Demonstran : “Restoran apa yang menjual makanan seperti sampah?”
Reporter : “Pemilik sebuah restoran waralaba yang membuat kaldu dengan tulang yang 
       dipungut dari tempat sampah dituntut untuk bertanggung jawab. Sidang   
       bandingnya akan dimulai. Kemungkinan besar dia akan didenda, seperti di sidang 
       pertamanya. Seorang pengacara independen yang selalu menangani kasus 
       kabarnya menangani kasus ini dan semua orang penasaran dengan putusannya.”


Di ruang kantor yang cukup besar terdapat seorang pria paruh baya yang tengah menonton acara berita tersebut sambil meminum alkohol kemudian tertawa dan berkata “Bahkan kamu tidak akan bisa melakukan apa pun kali ini.” 

Penulis Sinopsis: Elfa
All images credit and content copyright: jTBC
Supported by: OPPA SINOPSIS
Follow TABLOID SINOPSIS on: TWITTER

EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS Legal High Lengkap
EPISODE SELANJUTNYA || SINOPSIS Legal High Episode 1 Part 2

Comments


EmoticonEmoticon